INOVASI DALAM PENILAIAN


Dari beberapa tema postingan yang ada di pikiranku, aku lebih memilih judul ini. Rasanya cukup kekinian dan menarik. Kenapa? Karena masih relevan dengan berbagai isu terkait kurikulum terbaru. Bahkan dimungkinkan tema ini sangat dinamis dan fleksibel, sesuai perkembangan jaman.

Selama ini orang lebih banyak mendiskusikan inovasi dalam pembelajaran, dan sedikit saja yang membahas inovasi dalam penilaian. Padahal kenyataannya pembelajaran dan penilaian itu sepaket. Jika ingin pembelajaran yang menarik dan bervariasi maka demikian halnya dalam penilaian. Saat ini istilah penilaian bergeser menjadi Asesmen.

Ada sedikit perubahan makna ataupun fungsi terkait perubahan tersebut. Menurut yang aku baca dari berbagai sumber, penilaian itu memiliki dua fungsi utama yaitu memperbaiki proses pembalajaran dan mengetahui pencapaian hasil belajar siswa. Olehnya istilah tersebut bergeser menjadi asesmen. Untuk keperluan tulisanku saat ini aku tetap mempertahankan istilah penilaian…(boleh ya…hehe), namun di beberapa bagian aku juga akan menggunakan istilah asesmen kok…tenang pembaca😊✌.

Menurut opini pribadiku, fungsi penilaian saat ini sudah sangat baik, karena penilaian tidak sekedar melihat hasil pencapaian belajar siswa semata namun juga berfungsi untuk memperbaiki proses belajar. Hal ini sangat penting agar seorang guru mampu memperbaiki proses belajarnya. Sudah jadi rahasia umum dikalangan guru bahwa terkadang guru sedikit egois untuk tidak merefleksi dan memperbaiki cara mengajarnya. Meskipun cara itu sudah usang namun tetap dipertahankan. Berdasarkan pengalaman pribadi ku juga. Jadi menurutku penilaian juga mempunyai dua peran dilihat dari sisi internal dan eksternal. Internal bermakna dalam proses pembelajaran itu sendiri. Sedangkan eksternal bermakna pelaporan hasil belajar siswa.

Umumnya yang membutuhkan penilaian secara eksternal adalah orang tua siswa dan atau lembaga pendidikan setingkat yang lebih tinggi dari yang sedang ditempuh oleh siswa untuk keperluan melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Olehnya penilaian harus didesain seobyektif mungkin agar hasil belajar siswa benar-benar representatif sesuai kompetensi siswa. Lalu bagaimana penilaian yang inovatif? Menurutku selama ini para guru hanya menilai siswa berdasarkan dengan melakukan tes tertulis. Bahkan tes tertulis ini pun hanya terbatas dengan bentuk soal uraian atau pilihan ganda. Model soal yang digunakan pun bersifat text book dan abai dengan kemampuan menganalisis atau berpikir tingkat tinggi.

Baru sekitar enam tahun terakhir dimunculkan model soal HOTS (High Order Thingking Skills), sehingga soal membutuhkan ketrampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Seiring munculnya AKM (Asesmen Kompetensi Minimum) model soal pun bergeser dan berkembang menjadi soal-soal HOTS yang berbasis Literasi dan Numerasi. Berlanjut dengan kebijakan merdeka belajar dan diluncurkannya Kurikulum Merdeka, model pembelajaran pun bergeser ke pembelajaran berbasis projek yang tentu saja membutuhkan bentuk penilaian tersendiri. Inilah bentuk penilaian yang membutuhkan kreativitas dari para guru. Karena pembelajaran berbasis projek tidaklah sama. Baik dari produk yang dihasilkan maupun proses yang dialami oleh siswa akan berbeda. Sehingga guru harus benar-benar mendesain bentuk penilaian yang obyektif meskipun sederhana. Bahkan dimungkinkan jika pembelajarannya beriferensiasi maka penilaiannya pun berdiferensiasi. Jadi guru tidak sekedar memberikan penilaian hasil belajar siswa berdasarkan tes tertulis saja melainkan penilaian yang holistik dan kontekstual didukung dengan proses belajar siswa selama periode penilaian. Inilah yang sebenarnya inovasi dalam penilaian.

Kendari, 080423

Home VS House


Home dan house, keduanya adalah kata-kata dalam bahasa inggris dengan arti rumah. Meskipun keduanya memiliki arti yang sama secara tersurat namun makna tersiratnya sangatlah berbeda. Mengapa aku menggunakan bahasa inggris? Karena aku merasa kesulitan menemukan padanan kata dalam bahasa indonesia yg menjelaskan secara tersirat makna keduanya.

Mungkin banyak orang yang belum paham makna secara tersirat dari kata home dan house. Dari beberapa referensi yang pernah aku baca dan dengar ada beberapa hal menarik tentang makna tersirat keduanya.

Apakah kalian pernah mendengar ungkapan home sweet home dan white house? Bagi yang pernah pasti paham bahwa ‘Home Sweet home‘ adalah ungkapan yang sering disampaikan oleh seseorang usai tiba di rumah setelah berpergian jauh atau dalam jangka waktu yang lama. Sehingga frase tersebut lebih seperti merupakan ungkapan rasa lega atau rindu akan rumah. Rasa nyaman dapat kembali ke rumah, melepas lelah. Menanggalkan semua atribut yang digunakan di luar rumah, dan menjalani kodratnya sebagai penghuni rumah yang baik. Home di sini bermakna rumah sebagai tempat kembali yang selalu dirindukan, selalu dinanti, tidak pernah ada kata bosan dan jenuh untuk selalu kembali ke sana. Rumah bukan sekedar sebagai persinggahan sementara tapi sebagai tujuan akhir, tempat menetap selama nafas masih melekat di raga. Home identik dengan kenyamanan dalam kesederhanaan.

Lalu bagaimana dengan white house? White house dikenal sebagai gedung putih pusat pemerintahan yang glamour dan mewah. Tempat di mana aktivitas formal, resmi dan kaku berlangsung. House bermakna tersirat sebagai tempat yang tidak memberikan rasa nyaman. House hanyalah tempat persinggahan sementara dan justru memberikan aktivitas yang melelahkan. Meskipun mungkin house dapat memberikan keuntungan secara finansial. House identik dengan kemewahan yang menyilaukan.

Sesederhana apapun home selalu dicari semua orang, karena ia tempat menetap selamanya. Semewah apapun house hanyalah persinggahan sementara. Lalu apakah aku sudah menemukan home? Apakah aku dapat menjadi home? Ataukah justru silau dan tersesat di sebuah house?

My home, Sept 2022

TERBANGLAH DAN MENDARATLAH EPISODE 2


Masih ingat dengan tulisanku Terbanglah dan Mendaratlah episode 1? Ya, waktu itu aku berkisah bagaimana pengalaman dan perasaanku menjalani banyak penerbangan. Kisah itu sebagian terinspirasi dari masa kecilku.

Kali ini ada hal baru yang menarik penglihatanku manakala kembali menjalani perjalanan panjang episode ini. Perjalanan panjang yang aku maksud di sini adalah penerbangan yang satu ke penerbangan yang lain ketika aku menghadiri suatu kegiatan ataupun keperluan pribadiku.

Sebenarnya ini semua berawal dari kejenuhanku, mana kala menunggu pesawat transit untuk melanjutkan penerbanganku. Biasanya saat itu para penumpang dilarang menyalakan handphone dikarenakan pesawat hendak mengisi bahan bakar. Jadilah aku jenuh karena hiburan yang disediakan di pesawat tak mampu mengatasi rasa jenuhku.

Jika dulu aku selalu tertarik untuk mengamati pesawat yang lepas landas ataupun mendarat. Ternyata pemandangan tersebut tidak lagi mampu menarik minat penglihatanku. Mungkin aku jenuh juga menyaksikan pemandangan yang itu-itu juga. Ternyata jika sesuatu itu sudah menjadi rutinitas maka akan timbul rasa jenuh menjalaninya. Sehingga dibutuhkan hal berbeda untuk mengatasi rasa jenuh tersebut.

Jadilah mataku menyapu semua hal yang ada di sekitar pesawat untuk menemukan hal menarik yang mungkin bahkan mampu menginspirasiku membuat tulisan untuk keperluan blog ku. Meskipun aku bukanlah professional bloger, namun aku merasa sangat menikmati menulis di blog. Yang itu semua manatau akan dapat menginspirasi diriku di kelak kemudian hari atau mungkin orang lain. Selain itu menulis di blog menjadi salah satu metode ku untuk melepaskan penat dan uneg-uneg, semacam terapi bathin….(hehehe, ini sih istilahku sendiri).

Jadi hal baru yang menarik minatku ketika aku transit dalam penerbanganku itu apa ya? Yaa, satu hal yang menarik penglihatanku adalah keberadaan juru parkir pesawat. Dari hasil googling ku juru parkir pesawat itu dikenal dengan sebutan ground marshall atau marshaller .

Seorang marsheller dituntut dapat bekerja efisien, cepat, dan tepat dalam memberikan arahan kepada pilot. Marshaller harus memastikan kondisi lapangan steril sebelum pesawat parkir ke landasan tujuan. Selanjutnya, marshaller memberikan sinyal dan arahan kepada pilot yang bertugas. Selain itu, mereka juga harus selalu terhubung dengan menara pengawas Air Traffic Control (ATC).

Marshaller bertugas menggunakan rompi merah, hijau atau kuning. Mereka berdiri di depan hidung pesawat sembari melambaikan dua buah tongkat di tangannya. Mereka juga mengenakan headphone untuk meredam suara bising yang berasal dari pesawat.

Yang menarik perhatianku adalah ketika pesawat akan lepas landas dan mulai bergerak meninggalkan tempat parkir. Pada saat itulah marshaller beraksi menuntun pilot keluar dari tempat parkir. Dan sebelum pesawat benar-benar meninggalkan tempat parkir, sang juru parkir menyempatkan diri membungkukkan badan, sembari  melambaikan tangannya ke arah pesawat dan meletakkan tangannya menyilang di depan dada. Seolah-olah menyiratkan sebuah ucapan selamat jalan untuk seluruh penumpang dan awak kabin pesawat , serta terselip doa semoga bertemu kembali dan selamat sampai di tujuan.

Aktivitas juru parkir tersebut sungguh menyentuh ku. Tak jarang akupun ikut melambaikan tangan ke arah mereka, meskipun mungkin mereka tidak melihat lambaian tanganku. Sebagai bentuk ucapan terima kasihku kepada mereka. Atas kerja keras mereka memarkirkan pesawat dengan baik, atas ketulusan dan pelayanan mereka, atas pemandangan baru yang membantuku melewatkan waktu transit di pesawat, dan atas inspirasi indah yang membuatku mampu menuangkannya kembali di blog ku dalam bentuk tulisan ini.

Hikmah dari tulisanku ini adalah sebagai berikut. Sesuatu hal yang sudah menjadi rutinitas terkadang menimbulkan kejenuhan sehingga diperlukan manajemen aktivitas yang baik untuk menghindari kejenuhan tersebut. Karena aku seorang pendidik tentu saja ini berlaku untuk aktivitas pembelajaran di kelas, tidak boleh itu-itu saja, harus kreatif, inovatif, dan dinamis, agar siswa senang dan bahagia dalam belajar. Segala bentuk pelayanan kepada siswa harus ikhlas maksimal, agar pembelajaran yang kita lakukan mengena sampai ke hati siswa.

Verry Late Post, 16 Desember 2020
Akhir perjalanan panjang 2020 ❤

Belajar Lalu Menilai ataukah Menilai Lalu Belajar?


Apa yang lebih membahagiakan selain harapan yang menjadi kenyataan? Begitulah yang terjadi pada diriku. Berawal dari beberapa postingan dan komentar di grup pendampingan zonasi 2019. Waktu itu kegiatan pendampingan sudah berlangsung selama beberapa tahap. Beberapa petugas pendampingan yang juga anggota grup bersuka cita dan sibuk memposting ataupun mengomentari kegiatan pendampingan yang telah mereka lakukan. Sebenarnya itu adalah bagian dari cara mereka untuk berbagi berbagai praktek baik yang telah mereka lakukan dan atau mereka temukan pada saat kegiatan pendampingan. Aku sebagai anggota grup lebih banyak pasif dan hanya menyimak serta membaca berbagai postingan maupun komentar dari mereka. Terkadang postingan dan komentar lucu di grup membuatku tersenyum sendiri membacanya. Terkadang muncul pula postingan ataupun komentar yang menginspirasiku untuk berbuat lebih baik, dalam hal mengajar di kelas maupun pada saat melakukan pendampingan di sekolah zonasi. Semua itu menambah warna dan wawasan yang sudah ada dalam hidupku.Hingga suatu hari aku berkata dalam hati, seandainya seluruh anggota grup ini dipertemukan kembali dalam sebuah kegiatan dan semua diminta menceritakan minimal satu saja kisah yang paling berkesan, tentu waktu 100 hari pun belum tentu cukup untuk menyelesaikan semua kisah itu. Karena aku yakin setiap orang pasti memiliki sebuah kesan terindah dan atau mendalam dalam kegiatan pendampingan yang sudah dilakukan. Dan semua kisah itu pasti berbeda. Apakah itu kisah menyenangkan dan menggembirakan, ataukah kisah pilu nan menyedihkan, ataupun kisah haru nan menyentuh kalbu, sampai kisah inspiratif yang mungkin mengubah pandangan hidup sang petugas pendampingan.Dari sebuah angan dan harapan, siapa sangka jika semua itu menjadi kenyataan ketika aku mendapatkan undangan kegiatan tim pengembang kurikulum di Bali. Yang lebih membahagiakan ternyata kegiatan itu sekaligus menjadi rangkaian penutup kegiatan pendampingan zonasi. Artinya kami semua petugas zonasi dikumpulkan dan dipertemukan kembali. Dan seperti yang aku bayangkan ada sesi di mana petugas zonasi menceritakan kisah pendampingan yang sangat berkesan. Meskipun hanya perwakilan dari petugas zonasi tapi setidaknya itu mampu menampilkan kisah-kisah pendampingan zonasi yang ada dan telah terukir di hati petugas zonasi.Semua kisah itu terkemas rapi dalam semua sesi kegiatan tim pengembang kurikulum di Bali. Ada hal yang menarik hatiku mana kala untuk pertama kalinya aku membaca dan memperhatikan spanduk/banner kegiatan, yang berbunyi seperti ini: “Workshop Tim Pengembang: Pembelajaran dan Penilaian SMA”. Mengapa istilah Pembelajaran mendahului Penilaian? Sebenarnya kita ini harus belajar dulu lalu menilai kah? Apakah prosedur atau tahapan ini sudah benar? Bolehkah kita menilai dulu dalam hal ini mengevaluasi lalu kita belajar dari hasil evaluasi tersebut? Atau kita melakukan penilaian awal untuk melihat hal penting apa yang harus dipelajari. Apakah langkah ini diperkenankan? Manakah yang lebih baik? Rasanya ide ini memenuhi rongga pikiranku selama mengikuti kegiatan tim pengembang kurikulum. Rasanya aku gagal move on. Tidak saja tentang indahnya kenangan akan kegiatan tim pengembang kurikulum, melainkan juga aku berharap akan terus gagal move on terhadap proses pembelajaran dan penilaian. Sehingga aku tak ingin berlepas dari kedua kegiatan tersebut seumur hidupku. Belajar dan menilai atau menilai dan belajar, baik secara konseptual bahkan kontekstual dalam kebermaknaan hidupku.Adalah aku sebagai seorang pendidik yang ingin melakukan hal terbaik untuk peserta didik ku harus mempertimbangkan keduanya. Bahkan jika dimungkinkan akan mencoba keduanya. Belajar atau menilai semua adalah satu kesatuan, jika ingin belajar berlangsung dengan baik, maka alat penilaiannya juga harus dipersiapkan dengan baik. Sebaliknya jika penilaian ingin maksimal maka pembelajaranpun harus dikelola dengan sebaik-baiknya.

Kuta, 10-13 Desember 2019
Very late post
In memoriam beautiful Bali moments

ZONASI (KEMBALI PART 2)


Mumpung lagi tenar istilah zonasi, baiklah mari kita membahas tentang ini. Namun zonasi yang akan aku bahas ini adalah versiku (penulis punya hak otoritas dong 😊 ). Jadi zonasi yang akan aku bahas terkait dengan istilah SMA ZONASI. Sebuah program yang dikembangkan oleh Direktorat Pembinaan SMA. Sebuah program yang berisikan berbagai praktik baik dalam penyelenggaraan sekolah maupun dalam pengimplementasian K2013 terbaru dan terupdate. Sebuah program yang banyak manfaatnya dalam praktek di setiap sekolah, terutama dalam hal pengimbasan dan berbagi hal-hal baik yang sudah diterapkan oleh sekolah yang terpilih sebagai sekolah zonasi.

Keterlibatanku di program zonasi ini bermula dari direkrutnya aku oleh Dit. P.SMA untuk menjadi petugas pendampingan dan supervisi sekolah zonasi. Jadilah aku menempa diri baik fisik, psikis, maupun intelektualku untuk memantaskan diriku menjadi petugas tersebut. Sebenarnya momen ini bertepatan dengan momenku “kembali”. Kembali merajut mimpi ku yang pernah terkoyak. Sebuah mimpi, mimpi besar ku agar dapat menginspirasi orang lain. Berbagi hal-hal baik, memotivasi orang lain menjadi luar biasa dengan apa yang aku miliki. Kembali menjadi diriku yang tadinya menghilang bukanlah hal mudah dan sederhana. Aku yang pernah menghilang tentu harus mengejar ketertinggalanku dengan mereka yang telah berada di depan. Hanya berbekal tekad dan belajar keras, aku berusaha mengimbangi itu semua. Aku harus belajar lagi dari awal, tentang K2013, tentang pembelajaran, tentang penilaian yang semuanya versi terupdate. Awalnya memang sulit, bahkan aku sempat minder dan tidak percaya diri bahwa aku mampu mensejajarkan diri dengan mereka yang sudah ada di depan. Menjadi pertanyaan bagiku sendiri, akankah aku mampu menjalankan tugas ini dengan baik?

Diawali dengan bertugas di tahap 1, aku ditugaskan di SMAN 1 Batauga. Sebuah sekolah yang terletak di Kabupaten Buton Selatan. Pada akhirnya di program zonasi ini banyak hal yang aku dapatkan. Baik itu praktik baik pelaksanaan K2013 di setiap sekolah yang aku datangi. Keunggulan-keunggulan lokal yang luar biasa, yang itu baru aku lihat dan temui, yang kelak menginspirasi ku untuk berbuat lebih banyak dalam bidang pendidikan. Yang kelak akan aku bagi pada orang-orang di sekitarku, maupun pada semua sekolah zonasi yang aku datangi. Yang pada akhirnya mengasah dan menambah kemampuanku, kompetensiku.

Jika boleh jujur, lelah itu sudah pasti ketika mengikuti seluruh rangkaian kegiatan pendampingan SMA Zonasi. Namun rasa itu sedikit terbayar dengan melihat dan merasakan apa yang terjadi di setiap sekolah di seluruh sekolah yang aku datangi. Melihat wajah-wajah penuh harap dari para guru tentang pengetahuan dan informasi, bagaimana praktek terbaik yang dapat mereka lakukan untuk pembelajaran yang lebih baik. Merasakan bagaimana hausnya mereka akan ilmu tentang pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Melihat betapa para siswa antusias untuk memperbaiki diri mereka untuk kelak memperoleh penghidupan yang lebih baik. Semua itu seperti oase yang menghapus sebagian lelah dan dahagaku.

Tidak tega melewatkan semua itu dengan hanya duduk berpangku tangan. Jadilah aku melakukannya dengan penuh suka cita dan ketulusan. Seperti cita-cita masa kecilku untuk selalu dapat menginspirasi orang lain. Sejauh aku mampu.

Begitu banyak karakter dan kisah yang aku lihat. Baik karakter para penghuni sekolah maupun karakter partner ku. Iya, kami memang ditugaskan sebagai tim oleh Dit. P.SMA. Yang semua itu memperkaya hatiku, jiwaku dan pikiranku. Dari partner yang baik aku memperoleh pula praktek baik yang sangat menginspirasiku. Dari partner yang senioritas harus dijunjung tinggi dan sedikit rewel aku belajar artinya sabar dan melayani. Dari partner yang tidak fokus, aku belajar melengkapi agar tujuan tercapai. Aku pun berharap keberadaanku di samping mereka memberikan manfaat setidaknya ketika kami bekerja dalam tim. Syukur jika akupun akhirnya dapat menginspirasi mereka, para guru hebat pilihan Dit. P.SMA.

Semua itu membentuk dan menempa kembali diriku. Membawaku menjadi pribadi yang ada sekarang ini. Mungkin take and give menjadi istilah yang tepat untuk kisahku saat ini. Bahwa semakin banyak memberi justru kita semakin banyak menerima, menjadi kaya dan bermakna. Bahwa begitu bahagia hati ini ketika kita bermakna dan bermanfaat untuk orang lain.

Tugas pendampingan ku pada akhirnya berakhir di tahap 9, di SMAN 1 Asera, sebuah sekolah di Kabupaten Konawe Utara. Bagiku pribadi tugas ini berakhir dengan baik, lancar dan menbahagiakan. Ternyata sesuatu yang tadinya aku ragukan dapat dilakukan dengan baik. Aku mampu melakukan tugas pendampingan ini dengan sangat baik.

Pada akhirnya kisah pendampingan program zonasi ini membuatku menjadi pribadi yang lebih baik. Semua kisah ini akan terukir indah di hatiku, dan sebagian kecil aku bagikan dalam tulisan di blog ini. Kisah tentang cita-cita masa kecil yang terwujud menjadi nyata. Kisah tentang bahagia karena bermanfaat dan menginspirasi. Kisah tentang harapan untuk pendidikan yang jauh lebih baik.

Konawe Utara, 22 Nov 2019, 12.45 wita

Catatan seorang petugas pendampingan SMA zonasi

K E M B A L I


Apa yang ada di benakmu ketika membaca dan atau mendengar kata kembali? Bagi orang yang sedang ditinggal pergi orang kesayangan mungkin itu satu-satunya kata yang akan selalu ada dipikirannya. Menunggu orang kesayangan kembali, berkumpul bersama lagi menjalani hari-hari adalah hal indah yang akan sangat dinantikan.

Adapun bagi orang yang sedang berada di jalan yang salah kembali menuju pulang kepada jalan yang benar adalah sulit dan mungkin penuh perjuangan. Seorang pekerja yang telah menghabiskan hari-harinya dengan kesibukan, berpeluh dan lelah tentu mendambakan untuk kembali pulang, beristirahat mengumpulkan energi untuk menyambut hari esok.

Akan halnya diriku, kembali kepada diriku yang dulu, yang penuh dengan ambisi untuk dapat menginspirasi banyak orang tentang kebaikan adalah hal yang cukup sulit. Aku serasa menghilang dari duniaku yang telah membesarkan ku. Dunia yang membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama. Dunia yang membuatku mampu dan kuat menghadapi kerasnya kehidupan. Dunia yang dipenuhi dengan berbagai inspirasi.

Jujur saja, saat ini aku serasa kehilangan jati diri, rasanya sebagian besar diriku menghilang dan pergi entah kemana. Aku sebatas menjalani hidup dan mengembara tak tentu arah. Mungkin lebih tepatnya jiwaku. Terasing di dalam jiwaku sendiri, dan ternyata itu sungguh menyakitkan.

Ada momen yang menuntutku untuk kembali menjadi aku yang dulu. Aku yang penuh cita-cita idealis, yang ingin menginspirasi orang lain. Mimpi besarku adalah untuk itu. Mungkin akan sulit kembali ke sana tapi aku yakin, aku mampu untuk itu. Selamat datang kembali mimpiku…temani dan bantu aku menyusuri hari menghabiskan sisa waktu…❤

Soetta Int Airport
Kamis, 190919. 15.30 Wib

Me Before You


Sebenarnya kalimat di atas adalah sebuah judul film. Sebuah film romantis ala holywood yang bertutur tentang seseorang yang lumpuh dikarenakan kecelakaan. Sebenarnya kisah romantis dalam film itu hampir sama dengan kisah-kisah di film yang lain, di mana seorang pangeran tampan nan kaya raya jatuh cinta dengan gadis miskin rakyat jelata nan jelita.

Namun ada hal yang berbeda dari isi film ini. Pada film ini tersirat makna bagaimana si gadis berubah sejak ia bertemu sang pangeran. Bukan berubah dalam hal yang negatif tetapi berubah dalam makna positif. Si gadis yang awalnya tidak peduli pada diri sendiri mulai berubah menjadi orang yang mampu memahami dirinya. Ia menjelma menjadi orang yang tau siapa dirinya dan apa yang diinginkan dalam hidupnya.

Sebelum bertemu sang pangeran, seumur hidup si gadis hanya memikirkan dan mendahulukan kepentingan orang lain. Tidak pernah terbersit dalam pikirannya untuk mewujudkan atau mendahulukan kepentingan dirinya sendiri. Sejak si gadis bertemu sang pangeran dan ditinggal pergi untuk selama-lamanya si gadis pun mulai memperhatikan dan menyayangi dirinya sendiri. Mewujudkan mimpi-mimpinya dan cita-cita tertinggi dalam hidupnya.

Terinspirasi dengan kisah tersebut, terkait diriku sebagai seorang guru, sudah menjadi kewajibanku untuk mendidik para siswaku dengan sebaik-baiknya. Membantu menggali seluruh potensi diri mereka dengan maksimal. Membantu dan mengarahkan mereka dalam menemukan jati dirinya. Membantu membentuk dan mengembangkan karakter baik pada setiap diri mereka. Bahkan jika dimungkinkan membantu menggapai cita-cita tertinggi dalam hidup mereka. Ataupun setidaknya menginspirasi mereka untuk menjadi seseorang yang baik.

Kendari, 110119. 13.00 Wita
#Gantungkancitacitasetinggisidhratulmuntaha

PELENGKAP


Pagi ini aku sedikit gusar, mungkin karena terburu-buru, mungkin juga karena aku merasa penat, karena beberapa aktivitas yang cukup melelahkanku akhir-akhir ini. Hal sepele yang membuatku gusar adalah tas kesayanganku ketumpahan tinta pulpen, dan ketika aku teliti lagi ternyata penyebabnya adalah penutup pulpenku lepas. Aku cari-cari di dalam tas, tutup pulpen itu, tapi tetap juga tidak ketemu. Mungkin aku yang ceroboh telah menghilangkan tutup pulpen itu.

Sepertinya masalahku ini sangat sepele, namun ternyata akibatnya fatal sekali. Sebenarnya kalau dilihat dari fungsinya tutup pulpen itu tidak lebih dari pelengkap si pulpen semata. Sedangkan yang utama itu adalah si pulpen. Namun ternyata meskipun yang utama kita miliki, tanpa hal kecil yang melengkapi justru dapat mendatangkan masalah atau kerepotan baru.

Terkadang ada semacam pertanyaan di hatiku, sebenarnya pelengkap itu perlukah? Ataukah pelengkap hanya diperlukan jika ia dibutuhkan? Sebagaimana halnya kejadian tutup pulpenku? Manakala kebutuhan akan pelengkap selesai ia akan disingkirkan? Tapi bukankah pelengkap sekalipun tetap mendatangkan manfaat? Setidaknya manfaat yang tidak bisa dipenuhi oleh si “utama”?

Dalam hal menu pelengkap dan utama apakah mata pelajaran matematika yang aku ajarkan dapat menjadi menu utama bagi siswa-siswiku? Ataukah cukup sebagai pelengkap? Sebagai menu utama di pembelajaran apabila ia dapat menjadi fokus utama dalam pikiran setiap siswaku ketika mereka sedang belajar matematika. Hal lain yang aku harapkan terkait matematika sebagai menu utama ialah ia dapat menjadi inspirasi dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari siswaku.

Meskipun terkadang aku egois juga dan berharap matematika sekaligus menjadi pelengkap di dalam pikiran setiap muridku. Sehingga hari-hari mereka selalu diwarnai dengan segala hal yang berbau matematika. Seandainya boleh memilih aku berharap matematika menjadi menu utama sekaligus pelengkap untuk siswa-siswiku. Namun andaipun dihadapkan pada kondisi terburuk setidaknya matematika dapat menjadi pelengkap di dalam pikiran mereka. Melengkapi semua ilmu yang telah mereka miliki. Yang penting mereka masih mendapat manfaat dari matematika yang telah aku ajarkan.

Pada akhirnya istilah utama ataupun pelengkap tidaklah penting, yang terpenting adalah kebermanfaatan dan kebermaknaan yang dapat diberikan.

Kendari, 11 Januari 2019. 12.12 wita
#verylatepostagain
#firstmemoon2019

Pembuktian itu Bernama Ketulusan


“Bu, biar aku saja yang check in kan tiketnya ibu, yang penting ibu dan bapak siapkan tanda pengenal”, kataku pada ibuku sesampainya kami di bandara. Ya, hari ini adalah hari kepulangan kedua orang tuaku ke kota asal Yogyakarta. Setelah sebulan lebih beliau berdua datang ke kota tempat tinggalku saat ini.

Ada setitik haru dan sedih di hatiku menghadapi situasi ini, namun dengan sekuat tenaga aku berusaha menahan air mata yang hendak menampakkan dirinya di sudut mataku. Rasanya berat menghadapi perpisahan dengan kedua orang tuaku kali ini. Seandainya waktu bisa diputar mundur atau diperlambat untuk kali ini saja, demikian pintaku dalam hati.

Masih teringat sekitar satu setengah bulan yang lalu, di tempat yang sama, di bandara ini, aku menjemput beliau berdua. Rasanya baru kemarin semua itu terjadi. Rasanya hari ini aku mengerti bagaimana teori relativitas terhadap waktu. Hari-hari menjelang kedatangan kedua orang tuaku betapa waktu terasa lama, dan kini tiba waktunya aku mengantarkan beliau pulang kembali, alangkah cepatnya waktu berlalu.

Jam di telepon selularku tepat menunjukkan pukul 09.30 Wita, ketika terdengar petugas di bandara mengumumkan bahwa penumpang dengan tujuan Makasar diminta masuk ke ruang tunggu. Seketika ibu berkata, “Yen, ibu sama bapak masuk ke ruang tunggu ya, jaga diri dan jaga anak-anakmu, yang sabar menghadapi semuanya.” Aku pun mengulurkan tanganku menyalami dan mencium tangan kedua orang tuaku, tak lupa aku memeluk beliau berdua. Pada saat itu hancurlah pertahananku. Air mataku keluar dengan sendirinya tanpa dapat aku tahan lagi. Akupun hanya bisa mengucap lirih,” bapak ibu hati-hati, semoga selamat sampai tujuan, sehat selalu, dan selalu dalam lindungan Alloh SWT, maafkan semua kesalahan dan kekurangan anakmu ini, semoga masih ada waktu kita dipertemukan kembali.” Perlahan kedua orang tuaku berbalik memutar badan menuju pintu keberangkatan. Aku hanya bisa menatap punggung beliau berdua hingga hilang dari penglihatanku.

Shalawat mulai terdengar dari masjid di dekat rumahku ketika aku memasuki pintu rumah sepulang mengantar kedua orang tuaku ke bandara. Seketika pikiranku melayang kepada bapak, biasanya jam begini bapak sudah sibuk membersihkan diri dan berwudhu, bersiap hendak berangkat sholat berjamaah di masjid. Pikirankupun memaksaku tertegun menatap kran tempat bapak biasa berwudhu, rasanya tadi bapak masih di sini, bayangannya belum hilang, membuat mataku kembali berkaca-kaca, sedih bercampur haru. Ya, meskipun usia bapak sudah senja dan mulai sakit-sakitan, namun bapak selalu tepat waktu melaksanakan sholat dan tidak pernah melewatkan untuk berjamaah di masjid, kendati harus berjalan kaki di panas yang terik. Kota tempat tinggalku memang bercuaca panas karena terletak di tepi pantai. Satu hal yang aku pelajari dari bapak adalah disiplin dan ketaatannya dalam beribadah.

Memasuki dapur rumahku, bayanganku tentang bapak tergantikan oleh bayangan sosok ibuku. Biasanya di waktu siang begini ibu akan memintaku segera makan siang dan mengambil alih menggendong si kecil karena aku harus menyusui dan harus segera makan agar produksi asi ku tetap terjaga. Memang aku tidak memiliki asisten rumah tangga, selama ini kami berbagi tugas di rumah. Aku teringat setiap pagi menjelang subuh ibu sudah sibuk di dapur memasak untuk kami, anak, menantu dan cucu-cucunya. Meskipun penglihatan ibu mulai terganggu, ibu tidak pernah kelihatan lelah membantuku di dapur ataupun membereskan urusan rumah yang lain. Mungkin hari ini dan seterusnya setiap sudut rumah akan selalu menghadirkan sosok ibu dan bapak, terutama jika hatiku merindukan beliau berdua, sekaligus ketulusan beliau berdua menemani ku dan keluarga kecilku selama satu setengah bulan ini.

Rasanya aku belum ikhlas dengan kepulangan kedua orang tuaku. Bukan tidak ikhlas karena apa, melainkan sebenarnya ada semacam penyesalan yang hadir di hatiku saat ini. Sesalku ini terkait dengan kisah masa laluku. Karena sesuatu dan lain hal, aku pernah berdoa dan berharap untuk meninggalkan kampung halamanku. Pergi sejauh mungkin. Dan ternyata doakupun terkabul, hingga saat ini aku tinggalkan kampung halamanku dan orang tuaku. Suatu hal yang sampai saat ini kedua orang tuaku tidak pernah mengetahuinya. Hingga rasa sesal yang teramat dalam yang ada di hatiku saat ini. Sembari sebuah doa agar aku bisa menebus kesalahanku selama ini dan diberikan kesempatan untuk menemani orang tuaku menghabiskan hari tua mereka.

Ketulusan kedua orang tuaku juga telah membuka hatiku, agar menjadi anak yang lebih baik lagi, menjadi istri sekaligus ibu yang lebih baik lagi, menjadi guru yang tulus ikhlas dalam mengajar. Membuatku mengubah hal-hal yang tadinya bernilai negatif di pikiranku. Bahwa berbuat tulus itu tidak merugikan apalagi menyakitkan, bahkan mungkin bisa menginspirasi orang lain, siapapun dia. Bahwa ketulusan itu justru mendatangkan kebahagiaan, bagi si pemilik maupun si penerima rasa tulus itu. Semoga kelak aku masih diberikan waktu untuk kembali bertemu kedua orang tuaku. Semoga kelak doaku kembali terkabul.

Kendari, 041218. 21.18 wita
#VLP
#Inmemoriamonemonthago

PERPISAHAN


Kata orang setiap perjumpaan pasti akan ada perpisahan. Apapun itu bentuk perjumpaan ataupun perpisahannya. Setiap perjumpaan pasti mendatangkan perasaan bahagia, suka cita, gembira, dan sejenisnya, terlebih jika perjumpaan itu adalah sesuatu hal yang sangat dinantikan. Adapun perpisahan bagaimanapun bentuknya akan membawa kesedihan, nestapa, kehilangan, maupun rasa duka cita.

Mengapa setiap perjumpaan harus diakhiri dengan perpisahan? Tidak adakah perjumpaan yang abadi tanpa ada akhir perpisahan? Mengapa perjumpaan dan perpisahan harus seiring dengan kebahagiaan dan kesedihan? Kedua rasa itu haruskah hadir bersamaan? Jikakah mungkin perpisahan diiringi oleh rasa bahagia sebagai ganti nestapa dan sedih?Mungkinkah kedua rasa tersebut hadir dengan sebuah tujuan indah? Untuk menggenapkan dan melengkapi kisah hidup manusia? Akankah kedua rasa itu selamanya seiring sejalan dan saling melengkapi?

Jika seseorang merasakan sedih dalam sebuah perpisahan, adakah karena ia merasa kelak waktu tidak berpihak kepadanya untuk berjumpa kembali? Ataukah karena perpisahan menorehkan rasa sunyi yang teramat sepi dan berujung duka nestapa? Sebaliknya perpisahan yang mendatangkan kebahagiaan apakah karena ada kesempatan sang waktu akan membawanya berjumpa kembali? Hingga kelak hidup terasa indah dan penuh warna, bahkan waktu yang sebenarnya lama menjadi cepat berlalu. Pun rasa rindu yang menyiksa terasa indah manakala menemani masa menunggu perjumpaan kembali.

Begitu dasyatnya makna dan dampak sebuah perpisahan, hingga banyak pujangga menuliskan syair lagu tentang perpisahan. Bahwa mengapa harus ada perjumpaan jika setelah itu ada perpisahan. Tetapi rasanya tidak adil jika menyalahkan sebuah perjumpaan yang tidak menginginkan perpisahan. Mungkin akan lebih bijak jika bersyukur bahwa setidaknya ada dan pernah berjumpa, sembari berusaha dan berdoa agar kelak setelah perpisahan akan ada perjumpaan kedua, ketiga, keempat dan seterusnya. Sehingga justru perpisahan menjadi sesuatu yang diharapkan karena setelah itu akan ada perjumpaan kembali. Dan mana kala perjumpaan kembali hadir, akan berbuat sesuatu yang lebih baik karena memahami bahwa perjumpaan tersebut adalah sesuatu yang sangat berharga dan dinantikan keberadaannya.

Kendari, 161018. 16.10 Wita
#starttocountdowntheday
#otw04112018
#whytimegoesbysoquickly
#Hopecanmeetagainsomeday